Tak banyak orang yang tahu bahwa terdapat hubungan antara penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang. Apa hubungannya? Bagaimana dua hal tersebut berhubungan? Penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang sesungguhnya memiliki kaitan yang sangat erat. Hal ini dibuktikan dengan fakta-fakta umum yang sering muncul di hadapan kita. Fakta-fakta tersebut antara lain adalah:
- Anak yang pandai dalam banyak mata pelajaran biasanya memiliki kemampuan yang baik dalam menulis.
- Anak yang pandai memecahkan suatu masalah biasanya tidak memiliki kesulitan dalam mengungkapkan ide nya di hadapan umum menggunakan struktur bahasa yang baik.
- Anak yang sejak kecil telah diajarkan berbagai macam bahasa biasanya akan pandai pula dengan mata pelajaran lainnya.
- Anak yang pandai dikenal pula sebagai anak yang suka membaca.
Fakta-fakta tersebut hanyalah sebagian dari fakta yang menguatkan dugaan mengenai hubungan penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang. Tanpa kalian sadari, fakta tersebut memang beralasan rasional. Itulah mengapa begitu penting mengajari anak berbahasa yang benar sejak dini untuk menstimulasi otak mereka. Nah, artikel hari ini akan membahas mengenai bagaimana hubungan penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang.
Seperti yang kita semua ketahui, setiap orang dilahirkan dengan bekal tiga macam kecerdasan yang kita kenal sebagai IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Akhir-akhir ini malah ditambahkan lagi dua macam kecerdasan, yaitu CQ (Creativity Quotient) dan AQ (Adversity Quotient). Kelima hal tersebut sangat terkenal dan bahkan dijadikan tolok ukur kepandaian di masyarakat awam. Memang hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Hubungan penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang dalam hal ini adalah kecerdasan intelektual.
Konsep mengenai kecerdasan intelektual ini pertama kali dicetuskan pada abad ke-19 oleh ilmuwan bernama Francis Galton. Kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang dalam memahami serangkaian informasi yang diberikan kepadanya, mengolah, dan memanfaatkan informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 1983, seorang ilmuwan lain bernama Howard Gardner membagi kecerdasan intelektual tersebut menjadi delapan macam kecerdasan, yaitu:
- Kecerdasan musikal
- Kecerdasan visual dan spasial
- Kecerdasan verbal dan linguistik
- Kecerdasan matematika dan logika
- Kecerdasan kinestetik
- Kecerdasan intrapersonal
- Kecerdasan interpersonal
- Kecerdasan natural
Delapan macam kecerdasan tersebut berhubungan satu sama lain. Pada artikel sebelumnya tentang gangguan kognitif berbahasa, kita telah mengenal pembagian lobus otak besar. Otak besar yang paling berperan dalam kecerdasan intelektual seseorang terdiri dari empat lobus dengan fungsinya masing-masing, yaitu lobus frontalis, parietalis, temporalis, dan oksipitalis. Delapan macam kecerdasan di atas menempati lokasi tertentu dalam lobus tersebut, seperti lobus oksipitalis bertanggung jawab dalam kemampuan visual dan spasial sedangkan lobus temporalis bertanggung jawab dalam kemampuan verbal dan linguistik.
Setiap lobus dalam otak besar juga memiliki lipatan-lipatan yang disebut sebagai gyrus. Gyrus memegang perang yang lebih spesifik dari peran suatu lobus yang disinggahinya. Antara satu gyrus dengan gyrus lain atau antara lobus dengan lobus lain terdapat sebuah lintasan penghubung. Lintasan ini akan menyampaikan sinyal dari satu bagian otak ke otak lainnya. Hal ini memungkinkan adanya lintas stimulus dan kecerdasan seseorang. Itulah mengapa orang yang pandai berlogika biasanya juga pandai membayangkan ruang. Itulah mengapa orang yang memiliki hubungan baik dengan dirinya sendiri (kecerdasan intrapersonal) biasanya cakap berkomunikasi dengan bahasa yang terstruktur rapi sehingga mudah dipahami orang lain. Semua itu karena setiap area kecerdasan memiliki lintasan yang saling menghubungkan.
Perlu kalian ketahui bahwa lobus temporalis yang mengatur tentang bahasa juga memiliki banyak lintasan yang menghubungkannya ke area-area lain di otak besar yang mengatur kemampuan lainnya. Begitu pun dengan rangsang stimulus. Stimulus bahasa yang masuk dalam lobus temporalis juga bisa disalurkan melalui lintasan penghubung ke area di luar area bahasa sehingga turut membentuk tujuh macam kecerdasan lainnya. Juga apabila sebuah nada diperdengarkan, maka ia tak hanya merangsang satu area di otak, tetapi juga area lain, termasuk area bahasa. Demikianlah penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang dapat saling memengaruhi melalui stimulus yang diberikan dan begitu pula sebaliknya.
Stimulus bahasa dapat diberikan melalui beberapa macam kegiatan, seperti membaca buku, mendengarkan orang lain berbicara, menulis dengan struktur bahasa yang rapi dan benar, atau dengan mempelajari berbagai macam bahasa asing. Mengingat bahwa bahasa adalah unsur terpenting dalam komunikasi yang memiliki arti begitu luas, maka stimulus penggunaan bahasa tidak terbatas pada lisan maupun tulisan. Kita juga mengenal bahasa isyarat seperti yang digunakan kelompok tuna rungu dan bahasa nonverbal seperti dokter yang mengamati ekspresi maupun gestur untuk mengetahui keadaan pasien yang sesungguhnya pada saat anamnesis. Dengan demikian, kemampuan berbahasa yang baik bisa dilambangkan dengan sosok seorang presenter yang mampu menyelaraskan antara penggunaan struktur kalimat yang benar, intonasi yang tepat, serta gestur dan ekspresi yang sesuai dengan apa yang dikatakannya.
Akan tetapi, kita juga bisa meningkatkan kemampuan berbahasa melalui stimulus dari kecerdasan lain. Beberapa stimulus yang kerap digunakan adalah mendengarkan lagu (musikal), menonton film (visual), bertamasya ke alam bebas (spasial), berolahraga (kinestetik), bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat (interpersonal), maupun mengintrospeksi diri sendiri (intrapersonal). Semua itu akan memberikan pengaruh tak langsung terhadap kemampuan berbahasa.
Nah, demikian artikel penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang kali ini mengajarkan kita agar tak terpaku pada satu cara untuk mencapai suatu tujuan. Ada banyak cara untuk mencapai satu tujuan. Begitu pula ada satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai banyak tujuan. Semoga artikel ini bisa membuka wawasan kita mengenai hubungan penggunaan bahasa dan kecerdasan seseorang.
446 thoughts on “Penggunaan Bahasa Dan Kecerdasan Seseorang”
Comments are closed.