Bahasa bersifat kolektif atau dimiliki oleh masyarakat. Karena dimiliki oleh masyarakat ini, bahasa kemudian mengalami perubahan sedikit demi sedikit seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu perubahannya adalah pergeseran makna, baik dari yang tadinya negatif menjadi positif ataupun positif menjadi negatif.
Dalam artikel berikut ini, kita akan membahas tentang ameliorasi. Menurut KBBI, ameliorasi berarti peningkatan nilai makna dari makna yang biasa atau buruk menjadi makna yang baik. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak contoh-contoh di bawah ini.
-
Wanita dan Pria
Kata ‘wanita’ dan ‘pria’ adalah kata yang sejajar dengan kata ‘perempuan’ dan ‘laki-laki’. Dalam KBBI, kata ‘wanita’ berarti “perempuan dewasa”. Sedangkan kata ‘perempuan’ memiliki arti 1) orang (manusia) yang memiliki vagina, dapat menstruasi, hamil, dan melahirkan anak, dan menyusui; wanita, 2) istri, bini; dan 3) betina (khusus untuk hewan).
Meskipun dapat saling menggantikan, akan tetapi dalam beberapa kasus kedua kata ini tidak dapat dipertukarkan. Misalnya saja dalam kalimat berikut ini.
Wanita karir itu memiliki dua orang anak yang masih balita.
Kalimat di atas tidak dapat diganti menjadi, Perempuan karir itu memiliki dua orang anak yang masih balita. Hal ini dikarenakan, kata wanita telah mengalami ameliorasi, atau perubahan makna menjadi makna yang lebih baik. Sehingga maknanya menjadi lebih terhormat daripada ‘perempuan’.
-
Waria
Waria merupakan akronim dari kata wanita dan pria yang menurut KBBI berarti pria yang bersifat dan bertingkah laku sebagai wanita atau pria yang memiliki perasaan wanita. Kata ini memiliki beberapa sinonim seperti ‘wadam’, ‘banci’, atau ‘bencong’. Tetapi, kata waria memiliki nuansa yang lebih halus daripada kata-kata yang telah disebutkan sebelumnya.
Penggunaannya dalam kalimat pun terasa sekali perbedaannya.
Waria itu telah meninggalkan rumahnya sejak tiga tahun lalu.
Banci itu telah meninggalkan rumahnya sejak tiga tahun lalu.
Kalimat pertama terdengar lebih santun daripada kalimat kedua. Meskipun pada dasarnya kata waria sendiri memiliki makna yang kurang baik, akan tetapi karena kata tersebut telah mengalami ameliorasi, kata ‘waria’ menjadi memiliki makna yang lebih terhormat daripada kata ‘banci’ ataupun ‘bencong’.
-
Istri
Kata istri memiliki arti yang sama seperti ‘bini’, yaitu wanita atau perempuan yang telah menikah. Dulu, kedua kata ini memiliki makna yang sama. Akan tetapi sekarang, kata ‘istri’ memiliki makna yang lebih terhormat daripada kata ‘bini’. Menurut KBBI, kata bini merupakan kata yang lazimnya digunakan dalam bahasa percakapan.
Istri saya sudah berhenti bekerja sejak kami menikah.
Bini saya sudah berhenti bekerja sejak kami menikah.
Kalimat pertama terdengar normal, tetapi kalimat kedua terdengar kurang alami. Sebab, kata ‘istri’ dan ‘bini’ disandingkan dengan kata ganti orang pertama ‘saya’ yang bernuansa formal dan sopan. Kata ‘istri’ yang mengalami ameliorasi memiliki makna yang lebih terhormat daripada kata ‘bini’.
-
Nikah
Awalnya, kata ‘nikah’ memiliki makna yang sama dengan kata ‘kawin’. Dalam KBBI, kata ‘nikah’ berarti ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai ketentuan hukum dan ajaran agama. Sedangkan kata ‘kawin’ dalam KBBI memiliki arti membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri; menikah. Kemudian, dalam perkembangannya kata ‘nikah’ mengalami ameliorasi, sehingga maknanya menjadi lebih baik daripada kata ‘kawin’.
Ia mengajakku kawin lari.
Ia mengajakku nikah lari.
Kata ‘kawin lari’ terdengar lazim di telinga. Sedangkan kata ‘nikah lari’ terdengar ganjil dan tidak alami. Kini, kata kawin lebih sering digunakan dalam konteks hukum, seperti dalam perundang-undangan, dan bahasa percakapan yang kurang halus. Hal ini disebabkan selain berarti membentuk keluarga, kata kawin juga memiliki arti lain sebagai berikut, 1) melakukan hubungan kelamin; berkelamin (hewan); dan 2) bersetubuh. Arti semacam inilah yang tidak dimiliki oleh kata ‘nikah’.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kata-kata tertentu memiliki sinonim, belum tentu kata-kata yang bersinonim itu dapat saling menggantikan dalam konteks-konteks tertentu.
-
Tunarungu
Kata ‘tunarungu’ dalam KBBI berarti tidak dapat mendengar atau tuli. Namun, karena mengalami ameliorasi, kata ‘tunarungu’ menjadi memiliki makna yang lebih halus daripada kata ‘tuli’. Untuk menghormati penyandang tunarungu yang dimaksud, seseorang pasti akan lebih memilih kata tunarungu daripada kata bisu. Sebab ada nuansa tak hormat atau mengejek dalam kata bisu, yang tidak dimiliki oleh kata tunarungu. Begitu halnya dengan kata-kata pada nomor selanjutnya.
-
Tunawicara
Merupakan bentuk amelioratif dari ‘bisu’.
-
Tunanetra
Merupakan bentuk amelioratif dari ‘buta’.
-
Tunawisma
Merupakan bentuk amelioratif dari ‘gelandangan’.
-
Tunaaksara
Merupakan bentuk amelioratif dari ‘buta huruf’.
-
Tunadaksa
Merupakan bentuk amelioratif dari ‘cacat tubuh’.
Kata-kata yang mengalami perubahan makna ameliorasi ini biasanya digunakan untuk menggantikan kata-kata lainnya yang dianggap kurang sopan. Misalnya kata tunadaksa tentu saja terdengar lebih sopan daripada kata ‘cacat’, yang secara eksplisit menyatakan adanya kekurangan pada tubuh yang membuatnya menjadi tidak sempurna. Sehingga, kata-kata tersebut dipilih dengan pertimbangan psikologis untuk memperhalus kata-kata tertentu yang berarti sama.
Nah, itulah 10 kata dalam bahasa Indonesia yang telah mengalami perubahan makna. Selain ameliorasi, ada juga perubahan-perubahan makna lainnya seperti peyorasi, sinestesia, perluasan makna, dan penyempitan makna yang akan kita bahas pada artikel selanjutnya. Adakah kata-kata lain yang mengalami ameliorasi dan belum tercantum dalam daftar di atas? Tuliskan saja di kolom komentar.
Merasa artikel ini bermanfaat? Ayo sebarkan di media sosial Anda.
183 thoughts on “10 Kata dalam Bahasa Indonesia yang Mengalami Ameliorasi”
Comments are closed.