Majas pada hakikatnya adalah sebuah perbandingan. Membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lain, suatu benda dengan benda lain, dan masih banyak lagi macam nya. Majas bisa digunakan untuk memperindah suatu paragraf sehingga tak heran bila kita kerap menemukannya pada karya sastra, meskipun jarang kita jumpai pada karya ilmiah. Ya, tentu kita semua tahu bahwa baik penulisan karya sastra maupun penulisan karya ilmiah memiliki aturan baku yang berbeda. Pada hari ini kita akan membahas tentang majas lebih jauh dalam artikel berikut. Selamat menyimak.
Jika kalian bertanya ada berapa jumlah majas dalam bahasa Indonesia, jawabannya adalah ada banyak sekali, bisa mencapai puluhan atau mungkin mencapai seratus. Akan tetapi tidak semua majas tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang merupakan majas dasar dan turunan. Dalam artikel kali ini kita hanya akan membahas beberapa yang sering digunakan dalam perbincangan sehari-hari atau dalam penulisan sebuah karya sastra.
Secara umum ada empat jenis majas, yaitu: perbandingan, sindiran, penegasan, dan pertentangan. Keempatnya dibagi lagi menjadi berbagai macam majas. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal tersebut.
-
Majas perbandingan
- Alegori
Merupakan sebuah perbandingan dengan menggunakan kiasan.
Contoh:
Paman telah menghabiskan masa mudanya dengan merantau di berbagai negara seperti angin yang berembus ke sana kemari.
- Simile
Simile membandingkan dua hal dengan sangat jelas. Biasanya majas ini menggunakan kata hubung tertentu, yaitu bagaikan, layaknya, laksana, bak, umpama, dan seperti.
Contoh:
Bola matamu begitu bulat dan indah bagaikan bulan purnama yang bersinar dalam kegelapan malam.
- Metafora
Majas ini membandingkan antara satu hal dengan hal lain yang memiliki sifat sama. Biasanya suatu hal atau benda yang memiliki julukan lain.
Contoh:
Kemarin malam si jago merah telah melahap habis seluruh toko yang terdapat di pasar malam.
- Sinestesia
Majas sinestesia membandingkan suatu hal dengan menggunakan kata indra yang berlawanan. Indra penciuman bisa disandingkan dengan indra penglihatan, indra pendengaran dengan indra pengecapan, dan banyak lagi.
Contoh:
Aku tak kuasa menahan detak jantung yang berpacu kencang sejak melihat manisnya seraut wajah di balik tirai itu.
- Metonimia
Majas ini membandingkan atau mewakilkan suatu hal dengan sesuatu yang sudah menjadi ciri khas atau merk tertentu.
Contoh:
Ardi selalu meminum beberapa teguk aqua sebelum mulai menjalankan upacara bendera setiap pagi.
- Litotes
Litotes biasa dikenal sebagai ungkapan untuk merendahkan diri. Majas menurunkan kualitas apa pun di bawah apa yang sebenarnya terjadi.
Contoh:
Apalah artinya diriku ini. Aku hanyalah orang tua bangka yang tak mampu berbuat apa-apa untuk keluarga.
- Hiperbola
Berlawanan dengan litotes, majas ini membandingkan suatu hal dengan hal lain yang berada jauh di atasnya. Hiperbola merupakan suatu ungkapan yang berlebihan dan cenderung tidak rasional.
Contoh:
Kita harus berterima kasih kepada para pahlawan yang telah memerjuangkan kemerdekaan bangsa ini hingga titik darah penghabisan.
- Personifikasi
Sesuai dengan namanya, majas personifikasi adalah ungkapan untuk memanusiakan suatu hal yang bukan manusia. Biasanya benda, tumbuhan, atau hewan dianggap memiliki kemampuan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Contoh:
Hari ini adalah hari bahagiaku dan tampaknya seluruh alam semesta turut berbahagia karena itu. Pepohonan melambai menyambut kehadiran kami, bulan tersenyum, bahkan angin malam membelai lembut tubuh ini.
- Depersonifikasi
Majas ini merupakan kebalikan dari personifikasi. Apabila personifikasi adalah ungkapan memanusiakan, depersonifikasi adalah ungkapan yang tidak memanusiakan. Maksudnya adalah membandingkan manusia dengan hal-hal yang seharusnya bukan diperuntukkan manusia.
Contoh:
Setelah mendengar tangisan anak kecil yang menyayat-nyayat, hatinya mencair seketika.
- Sinekdoke
Majas sinekdoke dibagi lagi menjadi dua. Yang pertama adalah sinekdoke pars pro toto, yaitu mengungkapkan sebagian hal untuk mewakili keseluruhan hal.
Contoh:
Sampai malam begini belum juga tampak batang hidungnya.
Sedangkan yang kedua adalah sinekdoke totem pro parte, yaitu mengungkapkan keseluruhan untuk mewakili sebagian pihak.
Contoh:
Indonesia mendapat medali perak dalam cabang olahraga bulutangkis pada olimpiade musim ini.
- Eufimisme
Merupakan ungkapan yang bertujuan memperhalus ungkapan yang dirasakan kasar sebelumnya.
Contoh:
Ana pergi ke kamar kecil sejak sepuluh menit yang lalu.
- Fabel
Merupakan suatu ungkapan yang menyatakan bahwa hewan dapat bertindak layaknya manusia.
Contoh:
Segerombolan semut bekerja keras siang malam mengumpulkan makanan untuk persediaan jika musim dingin tiba.
-
Majas sindiran
- Ironi
Merupakan sindiran yang halus, yaitu dengan menyatakan suatu hal yang berlawanan dengan fakta yang ada.
Contoh:
Tulisanmu bagus sekali seperti cakar ayam.
- Sarkasme
Berbeda dengan ironi, sarkasme adalah sindiran langsung yang cenderung lebih kasar.
Contoh:
Memang kau dungu seperti keledai.
-
Majas penegasan
- Pleonasme
Majas ini memberikan keterangan pada hal yang sesungguhnya telah jelas.
Contoh:
Silakan Saudara maju ke depan.
- Repetisi
Upaya memperjelas suatu hal dengan mengulangi kata-kata dalam kalimat tersebut.
Contoh:
Aku tak tahu dia akan pergi. Aku sungguh tak tahu.
- Klimaks
Pernyataan yang terdiri dari beberapa tingkat yang disebutkan urut dari terendah hingga tertinggi.
Contoh:
Ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan orang menderita karena kebijakan tersebut.
- Antiklimaks
Kebalikan dari klimaks, merupakan pernyataan bertingkat dengan urutan dari tertinggi hingga terendah.
Contoh:
Teh mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat, dari pejabat, karyawan biasa, hingga tukang becak.
- Retoris
Merupakan sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak perlu jawaban karena semua pihak pun sudah tahu jawabannya.
Contoh:
Tidak bisakah kau mengerti perasaanku?
-
Majas pertentangan
- Paradoks
Majas paradoks menyatakan dua hal yang berlawanan, namun sesungguhnya memiliki makna yang sama benar atau saling menguatkan.
Contoh:
Pak Amir adalah seorang saudagar kaya raya yang miskin hatinya.
- Antitesis
Mirip dengan paradoks, antitesis juga menggunakan dua kata berlawanan langsung dalam satu frasa.
Contoh:
Semua orang, tua muda ikut berpartisipasi dalam perlombaan.
Nah, sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat dalam menambah wawasan kita.
200 thoughts on “Jenis Majas Dan Pengunaannya dalam Bahasa Indonesia”
Comments are closed.