Salah satu ragam kata dalam bahasa Indonesia adalah kata majemuk. Meskipun sekilas sama dengan frasa, pada dasarnya kata majemuk memiliki struktur dan fungsi yang sangat berbeda. Berangkat dari definisi nya, kata majemuk (yang bisa juga disebut gabungan kata) adalah pertemuan dua suku kata (morfem) dasar yang menghasilkan makna baru. Apabila dipisahkan, maka gabungan kata dasar itu akan kembali ke makna aslinya. Ada sejumlah ciri-ciri kata majemuk yang harus kita catat agar kita bisa membedakannya dengan frasa maupun jenis-jenis kata yang lain, yaitu:
- Kata majemuk tidak bisa disisipi. Misalnya, kata “tanggung jawab”, yang kita maksudkan untuk menyebut suatu kewajiban yang harus diemban oleh seseorang. Coba ubah kata itu dengan menyisipkan dari sehingga menjadi “tanggung dari jawab”, maka maknanya akan berbeda, bukan?
- Makna per kata di dalam kata majemuk juga tidak bisa mengalami perluasan makna secara terpisah. Masih menggunakan contoh kata “tanggung jawab”, coba saja kita ubah menjadi “pertanggung jawab” atau “tanggung jawaban”. Jelas, rangkaian kata itu jadi tidak memiliki makna dan malah membuat bingung para pembaca atau pendengarnya.
- Posisi kedua morfem dalam kata majemuk juga tidak bisa ditukar. Pernahkah kita mendengar kata “jawab tanggung” dan masih membayangkan definisi yang kita berikan pada kata “tanggung jawab”? Tentu tidak. Karena kata majemuk adalah satu paket kata yang ketika digabungkan bersama-sama jadi memiliki makna yang berbeda.
Kata majemuk ditulis dengan spasi di antara kedua morfem, alias dipisah. Contoh-contoh kata majemuk yang lain bisa kita lihat di bawah ini:
buku saku
tanggung jawab
ponsel pintar
model linear
kambing hitam
angkat kaki
persegi panjang
orang tua
rumah sakit
meja belajar
mata acara
cendera mata
duta besar
Terkadang, terjadi kondisi ketika kita harus menuliskan rangkaian kata yang secara morfologis mirip, tetapi memiliki makna yang berbeda. Hal ini tentu saja bisa menimbulkan salah tafsir bagi pembaca. Agar tidak menimbulkan kerancuan, gabungan kata ini bisa ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
“anak-istri pejabat” (anak dan istri pejabat) tidak sama dengan “anak istri-pejabat” (anak dari istri pejabat)
“ibu-bapak kami” (ibu dan bapak kami) tidak sama dengan “ibu bapak-kami” (ibu dari bapak kami)
“buku-sejarah baru” (buku sejarah yang baru) tidak sama dengan “buku sejarah-baru” (buku tentang sejarah yang baru).
Kata majemuk memang tidak bisa mengalami perluasan makna secara parsial, tetapi masih bisa diberi imbuhan berupa awalan atau akhiran. Dalam hal ini, cara penulisannya tetap dipisah. Misalnya:
bertanggung jawab
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
Akan tetapi, apabila gabungan kata tersebut mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya jadi harus serangkai. Simak contoh berikut:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
Yang tidak kalah penting untuk diingat adalah, ada juga beberapa kata majemuk yang sudah dianggap padu dan harus ditulis serangkai. Kata-kata semacam ini sering ditulis secara tidak tepat di beragam media. Beberapa di antaranya adalah: acapkali, hulubalang, radioaktif , adakalanya, kacamata, saptamarga, apalagi, kasatmata, saputangan, bagaimana, kilometer, saripati, barangkali, manasuka, sediakala, beasiswa, matahari, segitiga, belasungkawa, olahraga, sukacita, bilamana padahal sukarela, bumiputra peribahasa syahbandar, darmabakti, perilaku, wiraswasta, dukacita, puspawarna, dan seterusnya.
Karena sifatnya yang mirip dengan frasa, sangat wajar jika orang sering salah menulis kata majemuk. Beruntung, buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) telah memuat semua kaidah yang kita perlukan agar bisa menulis dengan baik dan benar. Dengan sering mengecek dan membaca buku aturan serta artikel-artikel yang berhubungan dengan kepenulisan, otak kita akan senantiasa terlatih untuk lebih memperhatikan struktur dan kerapian suatu narasi.
Nah, semoga paparan ini bisa membantu kita semua menulis semakin baik. Mari, terus berkarya. Nantikan paparan lain tentang kepenulisan dan kebahasaan dari typoonline.
292 thoughts on “Kaidah Penulisan Kata Majemuk”
Comments are closed.