Menyingkat satu atau beberapa kata dalam bahasa Indonesia ternyata tidak semudah menyingkat-nyingkat kata di sms untuk menghemat karakter. Ada kaidah yang harus ditaati sebagai acuan dalam menyingkat. Kaidah-kaidah itu tergantung pada kata apa yang akan dipendekkan menjadi sebuah akronim ataupun singkatan. Apa sajakah kaidah-kaidah yang dimaksud? Mari kita simak pembahasannya.
## Akronim dan Singkatan
Sering mendengar dua istilah tersebut dan mengira keduanya adalah satu istilah yang sama? Ternyata akronim dan singkatan adalah dua istilah yang berbeda. Singkatan adalah bentuk pemendekan suatu kata atau kalimat menjadi satu huruf atau lebih. Sedangkan akronim, meskipun juga merupakan bentuk pemendekan, tetapi diperlakukan seperti sebuah kata.
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia disingkat menjadi ABRI
Sarjana Humaniora disingkat menjadi S.Hum
Contoh pertama adalah akronim. Sedangkan contoh kedua adalah singkatan. Perbedaannya tidak hanya terletak pada bentuk pemendekannya saja, tetapi juga pada penggunaan dan cara penulisannya dalam sebuah kalimat.
## Penggunaan Singkatan
Singkatan cukup umum digunakan baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Adapun beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai berikut.
### 1. Menyingkat Nama, Gelar, Jabatan
Ketika menyingkat nama, gelar, atau jabatan seseorang, huruf awal dituliskan dengan diikuti tanda titik di setiap singkatan tersebut. Misalnya,
Wage Rudolf Soepratman = W. R. Soepratman
Sarjana Hukum = S.H.
### 2. Menyingkat Nama Lembaga
Berbeda dengan penyingkatan nama, ketika menuliskan singkatan nama lembaga pemerintahan, atau suatu organisasi, kita cukup menuliskan huruf depannya saja tanpa perlu menambahkan titik di setiap huruf singkatannya tersebut. Semua huruf ditulis dengan huruf kapital. Misalnya,
Majelis Permusyawaratan Rakyat = MPR
Universitas Gajah Mada = UGM
Fakultas Ilmu Budaya = FIB
### 3. Menyingkat Lambang Kimia, Satuan Timbangan, Takaran
Untuk menyingkat lambang kimia, satuan timbangan, takaran, mata uang, dan hal-hal semacamnya, kita cukup menuliskan huruf depannya saja tanpa perlu menambahkan titik. Hurufnya pun tidak perlu dituliskan dengan huruf kapital, kecuali untuk menulis singkatan lambang kimia, yang tiap awal huruf yang disingkat harus ditulis dengan huruf kapital. Misalnya,
Hidrogen = H
Natrium Klorida = NaCl
Kilogram = kg
Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat contoh kalimat berikut ini.
Ibu membeli 10 kg beras.
Hidrogen memiliki nomor atom 1 dan simbol H.
Suhu di Kota Semarang hari ini mencapai 30 °C.
Suhu di Kota Semarang hari ini mencapai 30 derajat celcius.
### 4. Menyingkat Kata Lainnya
Jika yang disingkat adalah kata-kata lain yang bersifat umum, maka biasanya kita cukup menuliskan konsonan-konsonan tertentu saja dan menambahkan titik di akhir singkatan tersebut. Misalnya,
Dan lain-lain = dll.
Halaman = hlm.
Yang terhormat = Yth.
Jumlah = jlmh.
## Penggunaan Akronim
Penggunaan akronim juga sering dijumpai meski tidak sebanyak singkatan. Akronim biasanya digunakan karena lebih mudah diucapkan daripada singkatan. Misalnya akronim ABRI lebih mudah diucapkan sebagai abri daripada diucapkan sebagai singkatan a be er ri.
Begitu juga dengan penggunaan akronim untuk nama orang. Akronim Jokowi untuk Presiden Joko Widodo tentu saja lebih enak didengar daripada singkatan JW. Kaidah penulisan akronim ini antara lain,
- Akronim untuk nama yang diambil dari huruf awal tiap kata
Akronim dituliskan dengan huruf kapital semua. Tidak perlu ada titik di akhir akronim tersebut seperti yang harus ada pada singkatan. Contoh:
Surat Izin Mengemudi ditulis SIM.
- Akronim untuk nama yang diambil dari suku kata setiap kata
Cukup huruf pertama dari kata akronim tersebut saja yang dituliskan dengan huruf kapital. Akronim ini juga tidak memerlukan titik. Contoh:
Universitas Diponegoro ditulis Undip
- Akronim untuk kata yang bukan nama
Baik yang diambil dari huruf awal atau suku kata dari setiap kata, akronim semacam ini cukup dituliskan dengan huruf kecil saja, kecuali jika memang muncul di awal kalimat. Tidak perlu ada titik di akhir akronim. Contoh:
Rapat Kerja ditulis raker.
Jika dilihat dari cara penulisannya tersebut, dapat kita simpulkan bahwa satu lagi perbedaan antara singkatan dengan akronim adalah penggunaan titik. Singkatan hampir selalu diikuti oleh tanda titik kecuali untuk lambang kimia dan singkatan lembaga, sedangkan akronim sama sekali tidak memerlukan titik di akhir katanya.
## Contoh Kalimat dengan Singkatan dan Akronim
Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk membuat paspor antara lain akta kelahiran, KTP, dan KK. Pembuatan paspor dapat dilayani di kantor imigrasi terdekat yang ada di kota Anda. Biasanya kita harus mengantre lama. Saat saya membuat paspor, saya mendapat urutan no. 64, padahal saya datang relatif pagi, yaitu sekitar pk. 8 pagi.
Akhir-akhir ini dia memang jarang tidur. Dia memang cukup aktif di ormawa-ormawa kampus seperti BEM, Hima, dan UKM film yang sudah diikutinya sejak menjadi mahasiswa tingkat satu di universitas itu. Apalagi bulan ini, ia mendapatkan tanggungjawab di beberapa proker besar.
Nah, itulah beberapa kaidah penyingkatan dalam bahasa Indonesia yang perlu kamu ketahui. Setelah membaca artikel ini, ternyata ada banyak kesalahan penulisan singkatan yang sering terjadi di sekitar kita ya. Termasuk dalam dunia jurnalistik sekalipun.
Kita jadi mengerti bahwa Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya tidak disingkat menjadi SBY, tetapi S. B. Y. Sedangkan Jusuf Kalla tidak disingkat menjadi JK, melainkan J. K. Bagaimana menurut kamu? Ayo utarakan pendapatmu di kolom komentar.
427 thoughts on “Kaidah Penyingkatan yang Harus Kamu Ketahui”
Comments are closed.