Penulisan Huruf Kapital yang Benar Sesuai dengan PUEBI

Masalah klasik yang sering kita hadapi ketika menulis adalah kebingungan saat harus menggunakan huruf kapital. Huruf besar ini banyak dianggap memiliki fungsi inti untuk memberikan penekanan, atau menunjukkan permulaan. Tetapi, ada sejumlah kaidah lain yang termuat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kata mana saja yang harus kita beri huruf besar? Mana yang tetap kecil? Berikut penjelasan cara penulisan huruf kapital yang benar sesuai dengan PUEBI.

Dilansir dari buku besar tersebut, inilah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan huruf kapital.

1. SEBAGAI HURUF PERTAMA AWAL KALIMAT

Huruf ini juga sekaligus menandai permulaan dari sebuah narasi. Jika kita abai pada penulisan ini, bisa-bisa pembaca mengira kalimat atau paragraf baru adalah sambungan dari kalimat sebelumnya, atau bahkan salah ketik.

Perhatikan contohnya:

  1. Apa maksudmu?
  2. Waduk di Desa Sumberwudi mulai kering.

 

2. HURUF KAPITAL DIPAKAI SEBAGAI HURUF PERTAMA UNSUR NAMA ORANG, TERMASUK JULUKAN

Nama orang harus ditulis dengan huruf kapital di setiap permulaan kata. Kita bisa melihatnya pada contoh berikut:

  1. Nenekku bernama Ardinia Hapsari.
  2. Alexander Graham-Bell adalah penemu telepon.
  3. Usai menyapu, Hiroko Matsuda pun memasak.
  4. Mereka memanggil orang itu Bodong karena pusarnya yang menonjol.

Tetapi, jika nama orang yang bersangkutan digunakan untuk nama jenis atau satuan ukuran,  maka cara penulisannya harus tetap kecil.  Misalnya:

  1. Dia menyalakan mesin diesel (dari nama penemunya, Rudolf Diesel)
  2. Tegangannya sebesar 10 ampere (dari nama penemunya, Andre-Marie Ampere)

Meskipun demikian, jika dalam sebuah nama lengkap terdapat kata-kata yang merupakan simbol ‘anak dari’, penulisannya harus tetap kecil. Ini meliputi kata-kata seperti bin, binti, boru, van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

  1. Abdul Rahman bin Zaini
  2. Siti Fatimah binti Salim
  3. Hansel von Grunewald
  4. Ayam Jantan dari Timur

 

3. SEBAGAI AWAL KALIMAT DALAM PETIKAN LANGSUNG

Dalam mengawali sebuah kalimat, setelah tanda petik, kita harus menggunakan huruf besar.  Misalnya:

  1. Paman bertanya, “Kapan Ibu pulang?”
  2. “Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.

 

4. SEBAGAI HURUF PERTAMA SETIAP KATA YANG MEMILIKI SIMBOL RELIGI

Huruf kapital harus digunakan sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

  1. Kitab suci umat Islam adalah Al-Qur’an
  2. Kitab suci umat Kristen adalah Alkitab
  3. Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
  4. Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.

 

5. SEBAGAI HURUF PERTAMA UNSUR NAMA YANG MENUNJUKKAN MARTABAT TINGGI

Ini melingkupi gelar kerhormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:

  1. Sultan Hasanuddin
  2. Haji Agus Salim
  3. Nabi Ismail
  4. Raden Ajeng Kartini
  5. Maesaroh Yasin, Sarjana Hukum

Huruf kapital dipakai juga sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:

  1. Selamat datang, Yang Mulia.
  2. Semoga berbahagia, Sultan.
  3. Terima kasih, Kiai.
  4. Selamat pagi, Dokter.

Selain itu, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Sebut saja contohnya:

  1. Wakil Presiden Adam Malik
  2. Profesor Supomo
  3. Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
  4. Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
  5. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  6. Gubernur Papua Barat

6. SEBAGAI HURUF PERTAMA NAMA BANGSA, SUKU BANGSA, DAN BAHASA.

Pada penulisannya, yang diberi huruf kapital hanya nama-nama tersebut saja. Kata sebelumnya tetap kecil. Misalnya:

  1. bangsa Indonesia
  2. suku Dani
  3. bahasa Bali

Sebagai catatan, nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

  1. pengindonesiaan kata asing
  2. keinggris-inggrisan
  3. kejawa-jawaan

 

7. SEBAGAI PENANDA DALAM PENANGGALAN

Kita juga harus memerhatikan penulisan dalam menyebut waktu-waktu tetentu. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

Misalnya:

  1. Peristiwa itu terjadi pada tahun Hijriah tarikh Masehi
  2. Menurut kalender, hari Galungan jatuh pada hari Jumat.

Sebagai catatan, huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Perhatikan contoh:

  1. Konferensi Asia Afrika
  2. Perang Dunia II
  3. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tetapi, jika huruf pertama peristiwa sejarah itu tidak dipakai sebagai nama, maka cara penulisannya tidak dengan huruf kapital.

Misalnya:

  1. Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
  2. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

 

8. SEBAGAI HURUF PERTAMA NAMA GEOGRAFI.

Misalnya:

  1. Mereka mengadakan karyawisata ke Danau Toba
  2. Rumah Annisa terletak di Gang Kelinci

Akan tetapi, huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital. Kita harus jeli membedakan apakah sebuah tempat yang dimaksud memuat nama sendiri atau tidak. Misalnya:

  1. Berlayar ke teluk mandi di sungai
  2. Menyeberangi selat
  3. Berenang di danau

Seringkali kita perhatikan, huruf pertama nama diri geografi dipakai sebagai nama jenis. Dalam hal ini, penulisannya tidak memerlukan huruf kapital. Misalnya:

  1. jeruk bali (Citrus maxima)
  2. kacang bogor (Voandzeia subterranea)
  3. kunci inggris

Agar tidak rancu, perlu juga dikenali beberapa benda yang memiliki nama geografis karena asalnya yang memang dari sana. Perhatikan contoh:

  1. Aisyah mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
  2. Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.

 

10. SEBAGAI HURUF PERTAMA SEMUA KATA YANG BERSIFAT LEGAL

Dalam menulis nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

Misalnya:

  1. Negara tumpah darahku hanya satu, Republik Indonesia.
  2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta pejabat lainnya.
  3. Hal itu termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

 

11. SEBAGAI PENANDA JUDUL

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

  1. Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
  2. Cerpen itu dimuat dalam buletin Bahasa dan Sastra.
  3. Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.

 

12. SEBAGAI UNSUR SINGKATAN NAMA GELAR, PANGKAT, DAN SAPAAN

Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:

  1. H. – sarjana hukum
  2. K.M. – sarjana kesehatan masyarakat
  3. A. – master of arts
  4. Hum. –  magister humaniora
  5. – profesor
  6. – saudara

 

13. SEBAGAI KATA PENUNJUK KEKERABATAN

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Dalam hal ini, perlakuannya sedikit mirip dengan julukan. Sebut saja misalnya:

  1. “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
  2. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
  3. “Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
  4. Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
  5. “Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”

Tetapi ada kalanya, istilah kekerabatan tidak digunakan sebagai sapaan. Dan dalam hal ini, penulisannya harus tetap kecil:

  1. Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
  2. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Sebagai poin khusus, kata ”Anda” yang sering digunakan dalam narasi sapaan atau surat, juga harus ditulis besar (“Semoga Anda berkenan.” “Siapa nama ibu Anda?”).

Demikian tiga belas aturan mengenai penulisan huruf kapital. Menulis dengan rapi sangat penting untuk membuat karya kita enak dibaca dan gagasan kita sampai dengan baik kepada para pembaca. Nah, semoga setelah membaca paparan ini, Anda sudah tidak bingung lagi dalam menulis menggunakan huruf kapital.