Sebelumnya kita telah membahas bersama mengenai unsur intrinsik novel. Nah, pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai unsur intrinsik puisi. Apa perbedaan kedua hal tersebut? Sebenarnya unsur intrinsik puisi pada hakikatnya sama seperti novel, namun memiliki komponen yang lebih kompleks. Unsur intrinsik pada keduanya sama-sama berjumlah tujuh, namun tidak semuanya sama. Mari kita simak pembahasan berikut dengan seksama.
Puisi merupakan karya sastra yang berbeda dari novel. Pertama adalah gaya bahasa yang lebih beragam diksi dan majasnya daripada novel. Kedua, puisi memiliki jumlah kalimat yang lebih sedikit daripada novel. Memang keduanya bisa sama-sama mengandung unsur cerita. Hanya dalam puisi, terutama puisi lama, kita kerap menemukan lebih banyak aturan. Aturan tersebut seperti jumlah baris dalam satu bait, persamaan bunyi di akhir baris, dan banyak lagi. Aturan-aturan tersebut kini tak banyak digunakan dalam puisi model baru.
Unsur intrinsik adalah unsur yang terletak dalam sebuah tulisan dan membangunnya menjadi satu kesatuan. Unsur intrinsik puisi dan novel memiliki beberapa kesamaan, yaitu tema, amanat, gaya bahasa, dan imajinasi yang juga dibutuhkan dalam sebuah novel. Akan tetapi, beberapa hal yang berbeda di antara keduanya, yaitu nada, rasa, rima, dan irama. Hal-hal yang berbeda inilah yang kelak menjadi ciri khas unsur intrinsik puisi. Perhatikan tujuh unsur di bawah ini:
-
Tema
Ini adalah unsur intrinsik puisi yang paling penting. Tema merupakan gagasan utama atau pokok masalah yang melandasi sebuah puisi. Contoh dari tema adalah tema sosial, kesehatan, agama, pendidikan, dan banyak lagi. Tema memiliki arti yang luas, tidak seperti judul yang cenderung lebih spesifik.
-
Nada
Banyak orang bingung mengenai unsur intrinsik puisi yang satu ini. Nada bisa diartikan sebagai intonasi bisa pula tidak. Membaca puisi memang membutuhkan intonasi tersendiri yang tepat, berbeda dengan membacakan berita atau dongeng. Baik nada maupun intonasi itu sendiri dapat melambangkan sebuah perasaan. Ada nada tinggi yang melambangkan amarah, nada rendah melambangkan perasaan sedih dan kecewa, serta masih banyak lagi.
-
Rasa
Unsur intrinsik puisi yang satu ini berhubungan erat dengan nada. Seperti yang telah dikatakan bahwa nada melambangkan sebuah rasa. Rasa yang tercipta dalam puisi akan membawa pembaca turut merasakan suasana hati penulis. Entah itu rasa gembira, berdebar, waspada, atau kecewa.
-
Gaya bahasa
Inilah salah satu hal yang membedakan puisi dari karya sastra lain. Gaya bahasa terdiri atas diksi dan majas. Puisi jauh lebih kaya akan diksi dan majas daripada novel. Misalnya awan disebut sebagai mega, pelangi disebut sebagai bianglala, serta besar disebut sebagai akbar atau raya. Oleh karena itu, seorang penulis puisi harus menguasai lebih banyak kosakata daripada penulis novel.
Begitu pula dengan penguasaan majas. Penulis puisi harus memiliki pikiran yang logis dan luas. Ia bisa membandingkan dua hal yang tak umum menjadi masuk akal. Misalnya menggambarkan bola mata seperti bulan purnama atau menggambarkan matahari seperti koin yang terbakar. Kekayaan kosakata dan analogi menjadi daya tarik utama dari sebuah puisi.
-
Imajinasi
Puisi mutlak memerlukan imajinasi. Sebenarnya tak hanya puisi, novel pun memerlukan imajinasi. Unsur intrinsik puisi yang satu ini memang sangat penting, namun tak cukup mewakili ciri khas sebuah puisi.
Imajinasi adalah khayalan yang diciptakan oleh penulis. Khayalan ini membuat pembaca seolah turut melihat, membau, mendengar, meraba, dan merasa apa yang ingin disampaaikan penulis. Kerap seorang penulis menggunakan kata-kata yang mengandung kemampuan setiap indra tubuh agar khayalannya dapat dimengerti oleh pembaca. Contohnya adalah kalimat: aku melihat sebongkah batu berlian di bola matamu, angin malam membelai dan berbisik mesra menyampaikan pesan perpisahannya, dan banyak lagi.
-
Rima dan irama
Apa perbedaan dua hal tersebut? Rima adalah pengulangan atau pola bunyi dalam puisi. Kalian pasti akrab dengan puisi yang berpola abab, aabb, maupun aaaa. Tak mudah membuat pola kalimat demikian, maka kini sudah banyak puisi yang tidak menghiraukan rima. Akan tetapi, karena itulah seorang penulis yang tetap bisa menggunakan rima dalam puisinya dikatakan sebagai penulis yang hebat.
Sedangkan irama atau ritme memiliki definisi yang mirip dengan nada. Irama adalah tinggi rendah, cepat lambat, serta penekanan pada pembacaan puisi. Biasanya pada pola yang tetap, kita juga akan menjumpai irama puisi yang tetap.
-
Amanat
Unsur intrinsik puisi yang terakhir adalah amanat. Setiap karya sastra selalu memiliki pelajaran yang bisa dipetik oleh pembaca setelah menamatkannya. Meski lebih singkat daripada novel, puisi bisa memiliki amanat yang tak kalah penting.
Amanat ibarat jiwa dalam puisi. Penulis bisa menyisipkannya secara tersurat maupun tersirat, meski kebanyakan secara tersirat. Amanat dikatakan tersurat apabila penulis mencantumkannya dalam kata-kata yang lugas. Sedangkan tersirat berarti pesan tersebut tidak tertulis, namun merupakan hasil pemikiran dan kesimpulan dari pembaca sendiri.
Itulah tujuh intrinsik puisi yang perlu diperhatikan. Hakikatnya seluruh karya sastra tak memiliki aturan yang mengikat erat, tidak seperti dokumen resmi. Begitu pula dengan puisi, kalian memang tak diwajibkan untuk memahami unsur intrinsik puisi seperti rima dan irama. Seorang penulis yang jenius bisa langsung menulis seperti air yang mengalir, tanpa memikirkan kerangka terlebih dahulu. Sedangkan penulis yang hebat bisa menyeimbangkan antara kebebasan dengan peraturan. Itu semua tergantung kalian ingin menjadi penulis yang seperti apa. Semoga artikel mengenai unsur intrinsik puisi ini bermanfaat bagi kita semua.
287 thoughts on “Unsur Intrinsik Puisi yang Perlu di Ketahui”
Comments are closed.