Kamu penulis cerita fiksi atau penulis artikel? Jika jawabannya ya, kamu harus waspada terhadap penggunaan 10 kata berikut ini. Banyak kata dalam bahasa Indonesia yang ternyata sering salah dimaknakan oleh penuturnya sendiri, termasuk 10 kata yang sering keliru penggunaannya, akan kita bahas kali ini.
Apa sajakah 10 kata yang dimaksud itu? Mari kita baca berikut ini.
10. Pewaris
“Lelaki muda itu digadang-gadang akan menjadi pewaris tunggal perusahaan ayahnya yang terkenal itu.”
Selama ini banyak yang mengira bahwa kata pewaris berarti “orang yang mewarisi”. Padahal dalam bahasa Indonesia, kata untuk “orang yang mewarisi” adalah ahli waris, bukan pewaris. Sedangkan pewaris sendiri dalam KBBI berarti “orang yang mewariskan”.
Jadi versi yang benar dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
“Lelaki muda itu digadang-gadang akan menjadi ahli waris tunggal perusahaan ayahnya yang terkenal itu.”
9. Bergeming
“Sejak kematian sang kekasih, wanita itu diam tak bergeming di kamarnya…”
Sekilas memang tidak ada yang salah dengan kalimat di atas. Selama ini kata bergeming memang kerap disalah pahami sebagai “diam” atau “tak bergerak”. Tidak heran jika banyak pembaca fiksi yang tetap terhanyut membaca narasi cerita meskipun penggunaan kata bergeming seperti dalam kalimat seperti di atas ternyata salah.
Dalam KBBI, bergeming termasuk kelas kata verba yang berarti “tidak bergerak sedikitpun; diam saja”. Jadi, jika bergeming saja sudah berarti “diam tak bergerak”, jika masih ditambah kata tak lagi, maka artinya akan berubah menjadi “diam tak tak bergerak”. Terdengar ganjil bukan?
Versi yang benar untuk kalimat di atas adalah sebagai berikut.
“Sejak kematian sang kekasih, wanita itu bergeming di kamarnya…”
8. Acuh
“Kau acuhkanku, kau diamkan aku…”
Adakah yang salah dalam lirik lagu di atas? Ya. Penggunaan kata acuh yang tidak pas dengan makna aslinya. Banyak orang yang mengira bahwa kata acuh berarti “tidak peduli”, tetapi sebenarnya dalam KBBI, kata ini berarti “peduli; mengindahkan”. Jadi kalau yang dimaksud adalah “tidak peduli”, maka kita harus menambahkan kata tak di depan kata acuh tersebut.
Hm… tampaknya lirik lagunya harus diganti ya.
“Kau tak acuhkanku, kau diamkan aku…”
7. Rubah
“Kami sudah mencoba bernegosiasi, tetapi kelihatannya beliau tidak akan merubah keputusannya.”
Mengubah atau Merubah ya? Kira-kira manakah yang tepat? Mari kita lihat kata dasarnya sebelum mengalami perubahan morfologi. Kata dasar yang benar adalah ubah, sehingga ketika diberi imbuhan meN, maka akan berubah menjadi “mengubah” dan bukan “merubah”. Sebab tidak ada imbuhan “mer” dalam bahasa Indonesia.
Jadi kalimat yang tepat setelah diperbaiki adalah sebagai berikut.
“Kami sudah mencoba bernegosiasi, tetapi kelihatannya beliau tidak akan mengubah keputusannya.”
6. Absensi
“Daftar absensinya sudah selesai diisi? Jika sudah, silakan kembalikan ke saya.”
Kata absensi berasal dari kata “absence”, yang menurut kamus berarti kondisi ketika seseorang tidak hadir atau tidak ada di suatu tempat. Dalam KBBI sendiri, absensi berarti “ketidakhadiran”. Jadi sebenarnya daftar absensi berarti daftar ketidakhadiran, bukan daftar hadir.
Sedangkan kata yang tepat untuk makna di atas adalah presensi, yang berasal dari kata bahasa Inggris “presence”.
5. Artis
“Gile ye. Udah jadi artis aje die.”
Di Indonesia, kata artis sering kali diartikan “orang yang terkenal” atau “orang yang sering muncul di televisi”. Padahal dalam KBBI, artis berarti “ahli seni; seniwan; seniwati (termasuk penyanyi, pemain film, pelukis, pemain drama)”. Jadi, di luar definisi yang disebutkan itu tidak bisa disebut artis.
4. Kita
“Habis dari mana?”
“Tadi kita habis makan, terus jalan-jalan sebentar.”
Dalam bahasa Indonesia, kata kita adalah pronomina yang digunakan untuk persona pertama jamak, termasuk yang orang diajak berbicara bersama. Kalau kita lihat percakapan di atas, sepertinya orang yang diajak bicara tidak termasuk dalam pembicaraan. Jadi, seharusnya pronomina yang digunakan adalah kami.
3. Seronok
“Penyanyi itu sering mengenakan pakaian yang seronok.”
Dalam KBBI, seronok berarti “menyenangkan hati; sedap dilihat (didengar dan sebagainya)”. Sedangkan selama ini, kata seronok sering disalahpahami sebagai sesuatu yang tidak patut dilihat. Jika itu yang dimaksud, maka sebelum kata seronok perlu ditambahkan kata tak.
2. Di Mana
“Terima kasih saya ucapkan kepada para guru, di mana sering saya repotkan selama ini…”
Selain sebagai kata tanya, di mana juga terkadang bisa berfungsi sebagai kata hubung. Hanya saja, penggunaannya sering kali melebar ke mana-mana. Kata di mana adalah kata tanya atau kata hubung yang menunjukkan tempat. Jadi, penggunaannya dalam kalimat di atas tidak tepat. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
“Terima kasih saya ucapkan kepada para guru, yang (mana) sering saya repotkan selama ini…”
1. Empek-Empek
“Aku pengen empek-empek. Beliin dong.”
Penulisan dan pengucapan yang tepat untuk makanan khas Pelembang ini adalah “pempek”, bukan empek-empek. Tahukah kamu kalau empek dalam KBBI memiliki dua arti, yaitu “bapak” dan “anak sapi”. Sedangkan kata turunannya yakni empek-empek dalam KBBI berarti, ehem, “lelaki yang sudah tua sekali” alias “kakek-kakek”.
Wah, jangan sampai salah sebut ya.
Itulah 10 kata yang sering keliru penggunaannya baik ketika digunakan secara lisan maupun dalam tulisan. Ayo, hentikan penggunaan kata yang salah kaprah ini dengan share artikel ini ke media sosial kamu.