Membicarakan ragam kata dalam bahasa kita memang tidak ada habisnya. Ada banyak sekali jenis yang bisa diulas dan diperbincangkan. Salah satunya adalah kata ulang, yaitu kata yang mengalami reduplikasi atau pengulangan bentuk untuk menyesuaikan konteks maknanya. Sejauh yang kita tahu, kaidah umum untuk menulis kata ulang adalah menuliskannya dengan perangkai berupa tanda hubung (-). Tetapi jika ditinjau dari bentuknya, ternyata jenis-jenis kata ulang cukup beragam.
Pada kesempatan kali ini, typoonline akan menyajikan penjelasan singkat mengenai bentuk dan tata cara penulisan kata ulang sesuai kaidah yang telah disetujui oleh Badan Penelitian dan Pembinaan Bahasa. Nah, apa saja kah macam-macam bentuk kata ulang?
Kata Ulang Sebagian (Dwipurna)
Tata penulisan kata ulang yang ini tidak membutuhkan tanda hubung. Pasalnya, reduplikasi pada kata ulang ini hanya dilakukan pada sebagian unsur kata saja. Pendek kata, pengulangan hanya terjadi di bagian depan unsur kata, atau bisa juga ditambahi akhiran. Contohnya, sebutlah, kata “tetua”. Kata ini memiliki makna “mereka yang di-tua-kan”. Awal mulanya tentu saja dari reduplikasi kata “tua” menjadi “tua-tua”, tetapi unsur pertama kata itu mengalami pelemahan dan lebur.
Nah, kata-kata lain yang juga mengalami reduplikasi dengan cara serupa adalah:
- Pepohonan
- Bebatuan
- Sesepuh
- Leluhur
- Rerumputan
- Dedaunan
- Wewangian
- dan lain-lain.
Kata Ulang Utuh (Dwilingga)
Jenis ini adalah yang paling sering kita temui. Pada kata ulang utuh, kita mereduplikasi seluruh bentuk kata, tidak peduli kata dasar maupun kata berimbuhan. Sebut saja contohnya: lari-lari, anak-anak, ibu-ibu, nenek-nenek, kayu-kayu, gajah-gajah, keras-keras, kuat-kuat, ayam-ayam, dan lain sebagainya.
Kata Ulang Berubah Bunyi (Dwilingga Salin Suara)
Yang membedakan kata ulang dwilingga salin suara dan kata ulang dwipurwa adalah sifatnya yang tidak “lebur” dengan unsur lainnya, melainkan hanya melalui perubahan vokal atau konsonan. Contoh mudah dari kata ulang sejenis ini adalah corat-coret, suka-duka, carut-marut, ramah-tamah, sayur-mayur, bolak-balik, lauk-pauk, gerak-gerik, teka-teki, serba-serbi, dan seterusnya.
Kata Ulang Berimbuhan
Kata ulang sejenis ini pada dasarnya adalah kata ulang utuh yang diberi imbuhan; baik itu awalan, akhiran, atau bahkan kombinasi keduanya. Fungsinya beragam, dan cara penulisannya adalah tetap serangkai tanpa meninggalkan tanda hubung di antara kedua unsur kata dasar. Agar lebih jelas, perhatikan contoh-contoh berikut:
- Kemerah-merahan
- Berlarut-larut
- Bersalam-salaman
- Bersenang-senang
- Berlama-lama
- Berteriak-teriak
- Mengaduk-aduk
- Memanggil-manggil
- Tukar-menukar
- Sulam-menyulam
- Anyam-menganyam
- Hormat-menghormati
- Mobil-mobilan
- Ayam-ayaman
- Perang-perangan
- Cubit-cubitan
- dan seterusnya.
Kata Ulang Semu
Sesuai dengan namanya, kata ulang ini disebut sama karena keseluruhan kata ulang itu sebenarnya adalah kata dasar. Tidak ada proses reduplikasi, hanya saja bentuknya yang mirip dan harus ditulis bersama tanda hubung sering membuat orang menyangkanya sebagai kata ulang. Sebut saja kata “kupu-kupu”, yang tentu saja mengacu kepada suatu jenis serangga, bukan “banyak kupu” atau “melakukan kegiatan kupu”, karena “kupu” bukanlah kata dasar. Contoh kata ulang semu yang lain adalah empek-empek (sejenis makanan dari ikan dan berasal daro Palembang), laba-laba (melihat konteks, maksudnya di sini adalah hewan berkaki delapan, bukan “sejumlah laba/keuntungan”), ubur-ubur, undur-undur, dan sebagainya.
Walaupun dalam sekilas pandang tampak mudah, kenyataannya kita masih saja menemui orang yang mengalami kesulitan saat harus menuliskan kata ulang. Kesalahan itu bisa berupa meletakkan spasi sebelum tanda hubung (seperti: laba – laba), atau menghilangkan tanda hubung saat sebuah kata ulang diberi kombinasi awalan dan akhiran (sebut saja menulis “bersalamsalaman” dan bukannya “bersalam-salaman”). Persoalan kaidah penulisan kata ulang memang hal yang tampak begitu remeh sehingga orang cenderung melupakannya.
Karena itulah, kita harus terus belajar dan bersikap jeli dalam membedakan jenis-jenis kalimat. Sebab kualitas berbahasa akan mencerminkan jernihnya pikiran seseorang, baik secara lisan maupun tertulis. Biasakanlah terus belajar menulis dengan cara yang baik dan benar. Nah, selamat berkarya. Terus simak artikel lain tentang kepenulisan di website kami.
361 thoughts on “Macam -Macam Kata Ulang Berdasarkan Bentuknya”
Comments are closed.