Kesalahan yang paling banyak ditemukan dalam karya tulis berupa skripsi, jurnal, dan lain-lain salah satunya adalah kesalahan penulisan ejaan. Kesalahan tersebut bisa jadi karena ketidaktahuan atau kekurangannya wawasan berbahasa Indonesia. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kesalahan yang umum dilakukan penulis, jadi, tidak dituliskan semua fungsi tanda baca.
Pengetikan dan pemakaian tanda baca
1. Tanda Titik(.)
a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Korban gempa terbanyak terdapat di Aceh yang menewaskan 1.153 jiwa.
b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Maitsa lahir 2010 di Tasikmalaya.
Nomor rekening Nasya 150001517.
Buka halaman 3459.
c. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Misalnya:
Cara yang benar Menyunting Naskah
Kunjungan Habibie ke Desa Kreatif
d. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya :
Jln. Jenderal Sudirman
Cimahi (tanpa titik)
18 April 2005 (tanpa titik)
Yth. Bapak Haris (tanpa titik)
Jln. Sukasirna No. 3
Tasikmalaya
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda Koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya memasak sayur lodeh, capcay, dan soto.
Pembelajaran menulis, membaca, ataupun berbicara semuanya sama penting
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Jika datang tepat waktu, pasti Anda tidak ketinggalan materi.
c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya :
Dia tidak dapat datang ke acara syukuran temannya karena harus menemani ibunya.
d. Tanda koma dipakai untuk memisahan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Ibu berkata, “Kamu harus rajin beribadah.”
Saya bangga sekali, kata guru, Anakku lulus dengan nilai terbaik.”
e. Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat atau wilayah serta negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Buku-buku ini harap dikirimkan kepada ketua prodi STKIP Siliwangi, Bandung.
Bapak Sunarya, Jalan Logam No. 1, surabaya
Indonesia, 15 Mei 2000
Kuala Lumpur, Malaysia
f. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Eni Chaerani, M.Hum.
g. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Dosen saya, Bapak Wahana, sangat ramah.
H. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca, di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas doa dan dukungan orang tua, saya mengucapkan terima kasih.
i. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan ketikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika ketikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru
Misalnya:
“Di mana Anda membeli baju itu?” tanya Arini
“Duduk yang rapi anak-anak!” perintah Bu Hani.
3. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari sudah mulai sore; anakku belum juga pulang.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Bu Ana mengajar di kelas reguler; Ibu Intan membimbing di ruang dosen; mahasiswa membaca di perpustakaan.
4. Tanda Titik Dua(:)
a. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Saya memerlukan alat-alat memasak: wajan, panci, dan kompor.
b. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu: (meletakkan tas) “Bawa tas ini, Nasy!”
Nasywa: “Baik,Bu,” (membawa tas dan masuk)
c. Tanda titik dua dipakai (1) di antara jilid atau nomor dan halaman, (2) di antarabab dan ayat dalam kitab suci, (3) di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan (4) nama kota serta penerbit buku acuan dalam karangan (daftar pustaka).
Misalnya:
Tempo, III (2015) 71:19
Surah Abasa: 15
Karangan Hamidi, Pendidikan Anak Cerdas: Kreatif dan Inovatif. Bandung: Penerbit MCM.
- Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, angka dengan –an, (4) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (5) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
Se-Indonesia;
Juara ke-1
Tahun 2000-an
Mem-PHK-kan
Sinar-x
- Tanda Pisah (—)
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
2000 – 2015
Tasikmalaya – Bandung
7. Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Karakter siswa SMA … perlu mendapat perhatian khusus dari orang tua dan gurunya.
b. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu digunakan empat buah titik (…). Tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu lagi untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Pembelajaran aktif kreatif harus diterapkan kepada seluruh siswa supaya…
8. Tanda Kurung ()
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Salah satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan di kelas adalah metode SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual).
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
Misalnya:
Tes awal dan tes akhir siswa (lihat tabel 8)
Menunjukkan adanya kenaikan atau peningkatan hasil.
9. Tanda Kurung Siku ([ ])
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang persamaan kedua metode tersebut (perbedaannya lihat bab 5 [lihat hlm. 25-27]) perlu dipelajari lebih lanjut.
10.Tanda petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Anak-anak, lihat ke papan tulis,“ Kata guru kepada siswanya yang sedang asik mengobrol.
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah bab tentang “Perubahan Makna” dalam buku Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Mahasiswa yang rambutnyab dipotong dengan gaya “mohak” dilarang mengikuti perkuliahan.
d. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Guru sering disebut “Pahlawan tanpa tanda jasa”.
Sumber:
Eli Syarifah Aeni, M.Hum. (2016). Edit-Linguistik Mahir menyunting Naskah. Bandung:Media Cendekia Muslim.
410 thoughts on “Perbaikan Aspek Kebahasaan Dalam Bahasa Indonesia”
Comments are closed.