Dalam kancah kegiatan berbahasa Indonesia, salah satu kesulitan yang lazim ditemui saat menulis adalah menemukan rangkaian kalimat yang tepat. Kebingungan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain oleh keraguan tentang benar atau tidaknya struktur kalimat yang hendak kita tulis. Memang, bahasa kita memiliki banyak sekali jenis-jenis gabungan kata dan kalimat yang bisa kita aplikasikan dengan gaya tulisan kita. Padahal jika kita mengenali unsur dan bentuk-bentuk kalimat, masalah ini bisa dihindari.
Penyusunan kalimat bisa menjadi amat rumit sebab kalimat adalah gabungan dari satu atau beberapa kata, yang secara otomatis juga bisa disebut rangkaian dari berbagai unsur yang mengandung makna dan bertujuan untuk menyampaikan suatu maksud secara koheren. Sifat kalimat bisa sangat rentan dan bisa berubah makna hanya dengan perubahan sedikit saja pada strukturnya (perhatikan kalimat “Ibu Marna dan Ibu Salwa menghadiri hajatan,” dan “Ibu Marna dan Salwa menghadiri hajatan” misalnya, sudah memiliki arti yang sama sekali berbeda). Di situlah pentingnya mengenali bentuk-bentuk kalimat.
Sebagai permulaan, kita bisa mengenali bentuk-bentuk kalimat melalui ragamnya yang paling sederhana, yaitu kalimat simpleks dan kalimat kompleks. Apa yang membedakan keduanya? Simak saja paparan berikut.
- Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks sebenarnya bukanlah hal yang asing. Pada pelajaran bahasa Indonesia dasar, kita mungkin lebih akrab menyebutnya kalimat tunggal. Bentuknya terdiri atas satu klausa atau malah satu struktur predikat. Satu struktur predikat di dalam kalimat dapat berupa 1) subjek dan predikat (S-P); 2) subjek, predikat, dan objek (S-P-O); 3) subjek, predikat, dan pelengkap (S-PPel); 4) subjek, predikat, objek, dan pelengkap (S-P-O-Pel); atau 5) subjek, predikat, dan keterangan (S-P-K). Bahkan, dapat pula hanya berupa (f) predikat (P). Untuk implementasinya, simak kalimat-kalimat berikut:
Gadis itu menangis. (S-P)
Antok sedang menulis surat. (S-P-O)
Kesabaran hatinya diakui banyak orang. (S-P-Pel)
Martono mengajari muridnya menggambar. (S-P-O-Pel)
Keluargaku berangkat pukul 17.30. (S-P-K)
Pergi! (P)
Contoh kalimat di atas termasuk kalimat simpleks karena hanya terdiri atas satu klausa. Satu klausa biasanya berupa satu informasi. Oleh karena itu, unsur inti (komponen inti) yang terdapat di dalam kalimat simpleks pun juga hanya satu informasi. Satu informasi itu biasanya ditandai oleh kehadiran satu fungsi predikat.
Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa utama biasa disebut induk kalimat, sedangkan klausa subordinatif lazim disebut anak kalimat.
Klausa utama dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas yang tidak bergantung pada klausa yang lain, sedangkan klausa subordinatif selalu bergantung pada klausa utama. Tanpa kehadiran klausa utama, klausa subordinatif tidak dapat mengungkapkan apa-apa karena informasinya belum jelas. Selain itu, klausa subordinatif merupakan pengembangan dari salah satu fungsi kalimat sehingga klausa ini hanya menduduki salah satu fungsi yang ada di dalam kalimat. Oleh karena itu, hubungan antarkedua klausa dalam kalimat kompleks ini tidak sederajat atau tidak sejajar.
Ambarwati terus berjalan meskipun kedua kakinya terasa perih.
Ketika ayahnya meninggal, Khumar masih berada di sekolah.
Kalimat di atas merupakan kalimat kompleks sebab terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa Ambarwati terus berjalan pada (a) dan Khumar masih berada di sekolah (b) merupakan klausa utama, sedangkan meskipun kedua kakinya terasa perih pada (a) dan ketika ayahnya meninggal pada (b) merupakan klausa subordinatif. Klausa subordinatif dapat terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, seperti contoh (a) dan (b).
Struktur kalimat (a) adalah S-P-K{kata konjungsi-S-P}, sedangkan struktur kalimat (b) adalah K{kata konjungsi-S-P}-S-P-K. Unsur {kata konjungsi-S-P} berada di bawah kendali K. Tampak bahwa klausa subordinatif pada kalimat kompleks di atas menduduki salah satu fungsi kalimat, yaitu menduduki fungsi keterangan. Tanpa kehadiran klausa utama, klausa subordinatif di atas tidak dapat mandiri sebagai kalimat yang lepas. Lain halnya dengan klausa utama, tanpa kehadiran klausa subordinatif, klausa utama dapat mandiri sebagai kalimat yang lepas.
Klausa subordinatif selain dapat menduduki fungsi keterangan seperti contoh di atas dapat pula menduduki fungsi objek, pelengkap, dan subjek seperti contoh berikut.
Aditya tidak mengetahui bahwa rumahnya sudah dijual.
Bahwa dia buronan sudah diketahui seisi desa.
Jumartono menganggap anaknya perawan yang paling jelita.
Jika kita mencermati contoh di atas, tampak bahwa konstituen bahwa rumahnya sudah dijual pada (a) merupakan klausa subordinatif yang menduduki fungsi objek, bahwa dia buronan pada (b) merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai subjek, perawan yang paing jelita pada (c) adalah klausa subordinatif yang menduduki fungsi pelengkap. Hubungan antarkedua klausa dalam kalimat kompleks ini ditandai dengan penggunaan konjungsi subordinatif seperti: sejak, semenjak, ketika, sambil, selama setelah, sebelum, sehabis, selesai asalkan, apabila, jika, jikalau, manakala, tatkala, seandainya, seumpama, agar, supaya, walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun, sehingga, sampai, maka, dengan, tanpa, bahwa, yang
Kemampuan untuk membedakan kalimat simpleks dan kalimat komplek akan sangat membantu kita untuk menulis. Proses penyampaian gagasan akan lebih efektif apabila kita tahu benar bentuk kalimat yang paling tepat untuk pemaparan. Sebab itu, cermatlah dalam memandang susunan setiap kalimat yang kita baca. Hal ini juga berlaku ketika kita menulis karangan kita sendiri, jangan sampai ada kalimat bermakna redundan di situ.
Nah, sudah mengerti, bukan? Terus berkarya bersama Typoonline.
249 thoughts on “Perbedaan Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks”
Comments are closed.