Angka dan Bilangan dalam PUEBI

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 2016 tidak hanya membahas tentang kaidah penggunaan dan penulisan huruf, tetapi juga angka. Ini penting karena terkadang, penulisan angka yang tidak memerhatikan kaidah membuat sebuah teks menjadi tidak enak dibaca, rancu, atau bahkan memiliki makna ganda. Dua belas hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

 

1. Tentang Angka dan Bilangan

Di Indonesia, jenis angka yang lazim dan sah untuk digunakan adalah angka Arab dan angka Romawi. Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.

Angka Arab terdiri dari kombinasi: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Sedangkan angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), _V (5.000), _M(1.000.000)

 

2. Tentang Bilangan dalam Teks

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai se­cara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:

  1. Mereka menggosok giginya tiga kali sehari.
  2. Abidin berkata ada lebih dari satu juta orang berkumpul di sekitar Monas.

Sedangkan pengecualian berupa perincian dalam narasi misalnya:

  1. Di antara 59 anggota yang hadir, 32 orang setuju, 25 orang tidak setuju, dan 2 orang abstain.
  2. Kue-kue yang dipesan untuk hajatan itu terdiri atas 70 kue sus, 110 bolu pandan, dan 250

 

3. Tentang Bilangan pada Awal Kalimat

Kadang kala, terjadi skenario tidak terhindarkan di mana kita jadi harus menyertakan bilangan pada awal kalimat. Menurut kaidah, bilangan pada awal kalimat harus ditulis dengan huruf; dalam arti meleburkan susunan angka menjadi rangkaian kata yang bisa kita lafalkan.

Sehingga, alih-alih menggunakan cara berikut:

  1. 60 siswa teladan mendapat beasiswa dari Pertamina.
  2. 5 pemenang sayembara mendapat sepeda dari presiden.

Kita harus mengubahnya menjadi:

  1. Enam puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari Pertamina.
  2. Lima pemenang sayembara mendapat sepeda dari presiden.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinya­takan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya lah yang harus diubah.

Sehingga contohnya, apabila kita menemui kalimat seperti:

  1. 250 orang mengisi buku tamu itu.
  2. 25 potong kue tersimpan di dalam lemari es.

Kita harus mengubahnya menjadi:

  1. Buku tamu itu diisi 250 orang.
  2. Di dalam lemari es tersimpan 25 potong kue.

 

4. Tentang Angka yang Menunjukkan Bilangan Besar

Menurut kaidah, angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis se­bagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

  1. Dia mendapatkan bantuan 150 juta rupiah untuk melanjutkan kuliahnya.
  2. Proyek pembangunan apartemen mewah itu memerlukan biaya 7 triliun

 

5. Tentang Satuan

Menurut kegunaan, angka juga dapat digunakan untuk menjadi penentu satuan beberapa -hal termasuk (a) ukuran panjang, be­rat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.

Misalnya:

  • 0,6 sentimeter
  • 2 kilogram
  • 4 hektare
  • 10 liter
  • 2 tahun 6 bulan 5 hari
  • 1 jam 20 menit
  • 000,00
  • US$3,50
  • £5,10
  • ¥100

 

6. Tentang Penomoran Alamat

Lazimnya, angka juga bisa dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, ru­mah, apartemen, atau kamar. Tata penulisannya harus diperhatikan agar tidak membingungkan orang yang dituju.

Misalnya:

  • Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
  • Jalan Tanah Abang I/15
  • Jalan Wijaya No. 14
  • Hotel Gajah Mada, Kamar 169
  • Gedung Samudra, Lantai III, Ruang 201

 

7. Tentang Penomoran dalam Karangan

Bagi yang pernah menulis tentu hapal dengan aspek ini. Penting untuk mengetahui cara penulisan angka untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci, khususnya dalam kutipan-kutipan.

Misalnya:

  • Bab X, Pasal 5, halaman 252
  • Surah Yasin: 9
  • Markus 16: 15—16

 

8. Tentang Penulisan Bilangan dengan Huruf

Sehubungan dengan tata cara penulisan bilangan dengan huruf, ada yang harus diperhatikan. Penulisan bilangan dengan huruf harus memerhatikan bentuk awal bilangan tersebut.

Bilangan utuh, misalnya:

  • dua belas (12)
  • tiga puluh (30)
  • lima ribu (5.000)

Sedangkan bilangan pecahan, misalnya:

  • setengah atau seperdua (½)
  • seperenam belas (⅟16)
  • tiga perempat (¾)
  • dua persepuluh (²∕₁₀)
  • tiga dua-pertiga (3⅔)
  • satu persen (1%)
  • satu permil (1‰)

 

9. Tentang Bilangan Tingkat

Bilangan tingkat menunjukkan kronologi, tingkatan, atau urutan. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

  • abad XXX
  • abad ke-30
  • abad ketiga puluh
  • Perang Dunia II
  • Perang Dunia Ke-2
  • Perang Dunia Kedua

 

10. Tentang Akhiran -an

Akhiran –an mengatur tentang rentang, jenis, atau jangka, dari angka yang disebutkan. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

  • lima lembar uang 000-an (lima lembar uang seribuan)
  • tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
  • uang 000-an (uang lima ribuan)

 

11. Tentang Angka dalam Surat Resmi dan Perundang-Undangan

Dalam perkara formal seperti keperdataan, angka juga muncul dalam narasi. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.

Misalnya:

  1. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedar-kan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak 000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
  2. Telah diterima uang sebanyak 950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

 

12. Tentang Penulisan Bilangan Angka yang Diikuti Huruf

Dan dalam penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf, penulisannya harus dilakukan seperti berikut.

  • Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 500,50 (enam ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
  • Bukti pembelian barang seharga 000.000,00 (tiga juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan per­tanggungjawaban.

 

13. Tentang Bilangan dalam Unsur Nama Tempat

Sering, kita menemukan nama tempat dengan bilangan di dalamnya. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Misalnya:

  • Salatiga
  • Rajaampat
  • Simpanglima
  • Tigaraksa

 

Dua belas kaidah tersebut harus diperhatikan ketika kita akan menggunakan angka dalam tulisan kita untuk membuat karya yang rapi. Perhatikan juga konteks penggunaan kata dan susunan kalimat agar tulisan Anda semakin memikat. Nah, selamat berkarya dengan huruf dan angka!