Memperlukan atau Memerlukan? Kaidah Afiksasi dalam Bahasa Indonesia

“Anda memperlukan surat izin untuk mengadakan acara di sini.”

“Saya sudah tidak memerlukan apapun lagi.”

Sering melihat cara penulisan kata baku yang membingungkan seperti dalam dua kalimat di atas? Banyak orang yang masih bingung apakah huruf p seperti dalam kasus di atas luruh atau tidak. Sebenarnya, seperti apa sih penulisan kata perlu setelah diberi imbuhan meN-?

Jawabannya ada di sini. Mari kita simak penjelasannya.

 

## Imbuhan dalam Bahasa Indonesia

Seperti yang pernah kita bahas pada artikel ini (link ke artikel tentang kata depan dan imbuhan).  Imbuhan dalam bahasa Indonesia antara lain berupa prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Dengan adanya imbuhan ini, makna gramatikal suatu kata menjadi berubah tergantung pada imbuhan apa yang melekat pada kata tersebut. Misalnya imbuhan meN– yang menunjukkan kata kerja aktif transitif, sehingga meskipun kelas kata kata dasarnya merupakan nomina atau ajektiva, kelas katanya akan berubah menjadi verba ketika diberi imbuhan.

Imbuhan ini selain mengubah makna kata secara gramatikal, juga bisa mengubah kelas kata. Misalnya dari kelas kata verba menjadi kelas kata nomina. Dalam artikel ini, kita hanya akan membahas mengenai kaidah afiksasi atau pembentukan kata dengan imbuhan meN- saja.

 

## Imbuhan meN-

Mungkin kamu bertanya-tanya mengapa imbuhan ini ditulis dengan menggunakan huruf N kapital. Sebab huruf N ini nantinya dapat berubah menjadi huruf lain, tergantung pada fonem awal kata dasarnya.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat penjelasan di bawah.

 

### 1. Imbuhan meN- berubah menjadi meng-

Imbuhan meN- akan berubah menjadi meng- ketika bertemu dengan kata dasar yang berawalan fonem /a/,/e/,/i/,/o/,/u/,/g/,/h/, dan /k/. Contohnya adalah mengaku, mengering, mengekor, dan lain sebagainya.

 

### 2. Imbuhan meN- berubah menjadi men-

Imbuhan meN- akan berubah menjadi men- ketika bertemu dengan kata dasar yang berawalan fonem /c/,/d/,/j/, dan /t/. Misalnya kata mencaci, mendaki, menjual, menerima, dan lain sebagainya.

 

### 3. Imbuhan meN- berubah menjadi meny-

Imbuhan meN- akan berubah menjadi meny- ketika bertemu dengan kata dasar dengan fonem awal /s/, misalnya kata sontek, yang ketika diberi imbuhan meN- akan berubah menjadi menyontek, kata sapu menjadi menyapu, dan lain-lain.

 

### 4. Imbuhan meN- berubah menjadi mem-

Imbuhan meN- akan berubah menjadi mem- ketika bertemu kata dengan fonem awal /b/,/f/, dan /p/. Misalnya kata baca yang ketika diberi imbuhan akan berubah menjadi membaca, kata kerja pukul yang ketika diberi imbuhan meN- akan berubah menjadi memukul, dan lain sebagainya.

 

### 5. Imbuhan meN- berubah menjadi me-

Imbuhan meN- akan berubah menjadi me- ketika bertemu dengan kata yang diawali dengan fonem /l/,/m/,/n/,/ng/,/ny/,/r/, dan /w/. Misalnya kata lebar akan menjadi melebar, kata masak menjadi memasak, kata nikah menjadi menikah, kata nganga menjadi menganga, kata nyanyi berubah menjadi menyanyi, kata rasa menjadi merasa, kata wabah menjadi mewabah, dan lain sebagainya.

 

### 6. Imbuhan meN- berubah menjadi menge-

Imbuhan meN- akan berubah menjadi menge- ketika bertemu dengan kata yang hanya memiliki satu suku kata. Misalnya kata cek yang ketika diberi imbuhan akan berubah menjadi mengecek, dan lain sebagainya.

Variasi-variasi tadi dalam ilmu linguistik disebut alomorf, atau anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya dipengaruhi oleh lingkungan yang dimasukinya. Baik imbuhan meng-, men-, meny-, mem-, me-, dan menge- merupakan satu morfem yang sama, yaitu morfem meN- tetapi bentuknya dipengaruhi oleh fonem pertama kata dasar yang dilekatinya.

 

## Mengapa Mempunyai Tidak Jadi Memunyai?

Nah, sekarang terjawab sudah bahwa kata yang baku dari kata perlu setelah diberi konfiks meN- dan -kan adalah memerlukan, bukan memperlukan. Begitu juga dengan kata pukul, panjat, pinta, dan kata-kata lain yang diawali dengan fonem /b/,/f/, dan /p/.

Mungkin sekarang, kamu bertanya-tanya kalau demikian, mengapa kata mempunyai tidak jadi memunyai? Ternyata, kata dasar dari kata mempunyai adalah empunya, bukan punya. Oleh karena itu, setelah diberi imbuhan, kata yang baku adalah mempunyai.

 

Itulah sedikit informasi mengenai kaidah afiksasi dalam bahasa Indonesia. Apakah artikel ini bermanfaat untuk kamu? Jika jawabannya ya, jangan lupa untuk share di media sosial kamu ya.