Kumpulan huruf yang membentuk sekelompok fonem dan memiliki makna adalah yang biasa kita kenali sebagai kata. Dan ketika kata tersebut mengalami modifikasi, maknanya bisa berubah lagi. Gabungan kata misalnya—atau yang juga bisa kita sebut frasa—adalah bentuk modifikasi berupa penggabungan atas dua kata atau lebih yang terintegrasi dan membentuk satuan bahasa yang memiliki makna baru. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia membagi jenis frasa menjadi tiga berdasarkan bentuk dan perannya dalam kalimat, yaitu frasa nominal, frasa verbal, dan frasa endosentris.
Tujuan dari pembagian ini adalah untuk membuat frasa lebih bisa diidentifikasi sehingga kita tidak kerepotan saat harus menggunakannya dalam suatu kalimat. Sebagai permulaan, beberapa karakter yang perlu dicatat dari sebuah frasa adalah a) Frasa terdiri atas dua kata atau lebih yang memiliki makna; b) memiliki sifat nonkalimat karena sebenarnya, frasa memang bukanlah kalimat; dan
c) menurut kaidah gramatikal, frasa memiliki kedudukan tertentu dalam sebuah kalimat. Ketiga hal ini amat perlu dicatat untuk membedakan struktur dan perannya dengan gabungan-gabungan kata yang lain.
Agar lebih jelas, di bawah ini akan kami paparkan penjelaskan lebih jauh dari ketiga jenis frasa tersebut.
Frasa Nominal
Ketika dua atau lebih kata bertemu dan mengandung unsur inti kata benda, itulah yang disebut frasa nominal. Cara lain untuk mengenali frasa ini adalah peletakannya yang biasa menduduki posisi subyek atau obyek dalam sebuah kalimat. Kita bisa melihat contoh implementasinya pada kalimat-kalimat di bawah ini.
Frasa nominal sebagai unsur obyek:
- Mirta sedang membeli kacang bogor.
- Seperti sang nenek, hanya Mehudin yang memiliki rambut pirang.
- Kita bisa menemui gerobak soto daging di Pasar Minggu.
- Ia pun duduk di kursi kayu.
- Untuk merayakannya, Wahidin pun memesan nasi tumpeng.
- Mereka mengibarkan bendera Israel di daerah konflik.
Frasa nominal sebagai unsur subyek:
- Sepatu pantovel menempati urutan pertama daftar favorit para pegawai.
- Burung murai berkicau tanpa henti di rumah Sapardi.
- Ibu ayah sedang menanak nasi.
- Seruling bambu memberikan sentuhan Jawa yang kental pada musik gubahan Johanssen.
Frasa Verbal
Frasa verbal adalah gabungan yang dibentuk dari sekumpulan kata yang memiliki unsur inti pembentukan berupa kata kerja. Dalam sebuah kalimat, frase verbal berfungsi menduduki unsur gramatikal sebagai predikat atau kata keterangan (adverb). Contohnya:
- Dia sedang makan nasi goreng.
- Pengumuman lomba itu akan segera
- Marissa turut bahagia atas kemenangkan Christina.
- Pukul sembilan, dia sudah berangkat
- Jonathan hendak membeli buah di pasar minggu.
- Hilda pergi tidur di jam-jam dini hari.
- Erik bekerja keras menghidupi lima adiknya yang masih kecil.
Frasa Endosentris
Yang dimaksud dengan frasa endosentris adalah frasa yang disusun atas dua kata atau lebih dan membentuk suatu pola hubungan diterangkan menerankan (DM) atau menerangkan diterangkan (MD). Contoh: kamar mandi (DM); tiga dara (MD). Berdasarkan penggolongannya, frasa endosentris bisa dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu frasa atributif, frasa apositif, dan frasa koordinatif. Penjelasan lebih lengkap dapat disimak di bawah ini.
a. Frasa atributif adalah frase endosentris yang menggunakan pola DM atau MD. Contoh:
Nasi uduk (DM) benar-benar makanan yang lezat.
Astrid sedang mencari calon suami (DM).
Minum air putih (DM) adalah rahasia Angelina agar tetap bugar.
Tiga gelas (MD) bir siap menemani di kala penat.
Dia tidak jadi pergi karena tidak kebagian kuota haji (MD).
Usai lepas jabatan (MD), Pak Hartono banyak menghabiskan waktunya di kebun.
Agar cantik, tidak lupa dia memakai lipstik merah (DM).
Setelah lulus kuliah (MD), Hariyanto melamar menjadi pegawai bank.
Pria yang memakai baju takwa (DM) itu adalah adiknya.
Jumlah hutang (MD) Marco kepada saya tujuh puluh juta.
b. Frasa apositif merupakan ragam frasa endosentris yang salah satu unsur penyusunnya yaitu “menerangkan” dapat menggantikan unsur utamanya yaitu unsur “diterangkan”. Seperti yang bisa kita lihat pada contoh berikut.
Pada akhirnya, dia jatuh ke pelukan Syailendra (D), si tukang main (M) itu.
Biyan (D), si pengendara motor (M), adalah mantan suami Mirkha.
Sunar (D), si pemain tenis (M) adalah orang yang berhati emas.
Rakai (D), anak kesayangannya(M) akan berlaga di F1 minggu depan.
Syailendra (D), anak si pemulung (M) itu sekarang perangainya sombong.
c. Frasa koordinatif merupakan frasa endosentris yang unsur-unsur pembentuknya memiliki kedudukan yang sama sebagai unsur inti. Ini membedakannya dengan dua bentuk frasa endosentris lainnya yang memaksa ‘lebur’ salah satu unsurnya mengikuti kata pengikut atau pendahulunya. Contohnya:
Tua muda semuanya berkumpul di balai desa.
Sepasang suami istri yang tabah menjalani suka duka kehidupan mereka selama empat puluh tujuh tahun.
Sunyi sepi ia lewati demi mencapai rumah kekasihnya.
Ayah ibu sekalian, jangan lupa jaga buah hati anda.
Nah, tidak sulit, bukan untuk membedakan ketiganya? Secara umum, kita hanya perlu mengenali kata mana yang mengikuti, atau diterangkan, dengan kata pengikut serta pendahulunya. Kita juga perlu mengenali peran dan posisi frasa tersebut dalam sebuah kalimat; karena itu akan sangat menghindari ambiguitas dalam karya tulis kita.
Selamat berkarya!
816 thoughts on “Mengenal Frasa Nomina, Verbal, dan Endosentris”
Comments are closed.