Keragaman kata dalam bahasa Indonesia banyak disebabkan oleh pengaruh dari budaya lain. Kita mengenal hal tersebut dengan istilah serapan, yaitu sekelompok kata dari bahasa asing yang kita adaptasi kan agar sesuai dengan kebutuhan kita. Dalam sejarahnya yang panjang, bangsa Indonesia mengenal banyak budaya dan bahasa; mulai dari istilah yang berasal dari suku Melayu, kata-kata yang berasal dari bangsa para pedagang seperti Arab dan Tiongkok, dan juga melalui penjajahan bangsa Eropa seperti Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugis.
Bahasa lain yang tidak kalah banyak mempengaruhi khazanah lisan dan tertulis kita adalah bahasa Sanskerta (yang juga sering kita kenal dengan ejaan tidak baku; Sansekerta). Berasal dari India, bahasa ini sudah ribuan tahun dikenal di Indonesia dan dipergunakan secara luas. Bukti keberadaannya bisa kita lihat pada peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu lama di Indonesia, seperti Kutai atau Singosari. Maka, tidak mengherankan kalau pada perkembangan selanjutnya, bahasa Sanskerta banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Tak kurang, ada sekitar 830 kata yang berasal dari kebudayaan orang Indo-Arya tersebut; termasuk maha, dewi, senja, duta, bumi, mala, gita, dan seterusnya.
Ulasan kali ini akan secara khusus membahas tentang cara penulisan kata yang berasal dari angka-angka dari bahasa Sanskerta. Seperti yang telah kita ketahui, bahasa Sanskerta juga memiliki sistem numerik. Ada sejumlah aturan khusus, tetapi secara umum, angka-angka Sanskerta terdiri dari bilangan-bilangan berikut:
1 (satu) = eka
2 (dua) = dwi
3 (tiga) = tri
4 (empat) = catur
5 (lima) = panca
6 (enam) = sat
7 (tujuh) = sapta
8 (delapan) = astha
9 (sembilan) = nawa
10 (sepuluh) = dasa
100 (seratus) = sata
1000 (Seribu) = sahasra
10.000 (sepuluh ribu) = ayuta
100.000 (seratus ribu) = laksa
1.000.000 (satu juta) = prayuta
10.000.000 (sepuluh juta) = koti
100.000.000 (seratus juta) = vyarbuda
1.000.000.000 (satu milyar) = padma
Dilansir dari buku Bentuk dan Pilihan Kata oleh Mustakim (2015), kata-kata dasar yang digabung dengan istilah dari bahasa Sanskerta termasuk unsur terikat dan harus ditulis gandeng. Seperti mahadewi, misalnya, atau mahabesar, senjakala, dan seterusnya. Kaidah ini juga mencakup perihal kata-kata yang berasal dari bilangan Sanskerta di atas. Sehingga, dalam menulis istilah-istilah tersebut, cara penulisannya adalah ditulis rangkai, seperti contoh berikut:
dwiwarna (dua warna) à Berkat lensa kontak itu, mata Ayudia jadi tampak dwiwarna; hijau dan biru.
dwifungsi (dua fungsi) à Jadi, peran seorang guru di sini bersifat dwifungsi; menjadi pengajar sekaligus orang tua.
caturwulan (empat bulan) à Pendidikannya sedang memasuki caturwulan pertama
pancaroba (pergantian musim, ditengarai setiap lima bulan) à Memasuki masa pancaroba, banyak orang terserang influenza.
pancawarna (lima warna) à Karena sifatnya yang bisa menampakkan bermacam-macam warna, di Indonesia bunga hortensia juga disebut bunga pancawarna.
Namun terkait dengan hal tersebut, jika digunakan sebagai nama orang atau nama diri, unsur-unsur terikat tersebut tidak harus ditulis sesuai dengan ketentuan di atas. Contoh dari pengecualian ini misalnya:
Dia bernama Aditya Dwi Novanto
Anak kesembilannya yang berjenis kelamin perempuan dia beri nama Nawa Reksa Soerjati.
Saya masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Eka Pangestu.
Pak Raharjo rutin menabung di koperasi Sapta Raharja.
Intinya, kita harus jeli dalam mengenali bentuk dan asal mula sebuah kata ketika menulis. Banyak-banyak membaca kamus dan artikel online misalnya, akan membantu kita untuk mengenali mana saja kata berbahasa lain (khususnya Sanskerta) yang dimaksudkan sebagai nama atau sebagai kata sifat atau istilah. Penting bagi kita untuk mengenali bahasa kita karena harus diakui, bahasa adalah cermin sebuah bangsa. Mempertahankan serapan Sanskerta berarti bangsa Indonesia tidak melupakan akarnya. Buktinya, lambang negara kita, Pancasila—lima sila dasar negara yang kita anut hingga sekarang—juga berasal dari bahasa ini.
Nah, selamat berkarya. Simak terus artikel lainnya dari typoonline!
221 thoughts on “Penulisan Kata dari Angka Bilangan dari Bahasa Sansekerta”
Comments are closed.