Sering dianggap sama, akronim dan singkatan sebenarnya memiliki makna dan pelafalan yang berbeda. Meskipun demikian, keduanya memiliki fungsi serupa, yaitu membuat serangkaian kata menjadi lebih pendek untuk dituliskan sekaligus mudah diingat.
Akronim (dari serapan bahasa Inggris, acronym) adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau bagian lainnya, yang ditulis dan diucapkan sebagai kata yang wajar. Yang membedakannya dengan singkatan adalah pelafalannya. Sebuah akronim tidak pernah melibatkan tanda titik maupun koma, dan dibaca seperti sebuah kata biasa. Singkatan, sebaliknya, seringkali dibaca per huruf. Kata rudal (dari akronim ‘peluru kendali’), misalnya, bisa dibaca lugas sebagai ‘ru-dal’, sedangkan SDN (dari singkatan sekolah dasar negeri) yang merupakan singkatan hanya bisa dibaca sebagai ‘es-de-en’.
Dalam bahasa Indonesia, kita akan kerap sekali mendapati beragam pemendekan kata semacam itu. Akan tetapi, sudah kah kita semua mengetahui cara penulisan yan benar?
Pada kesempatan kali ini, typoonline akan menyajikan pemaparan lengkap tentang cara penulisan singkatan dan akronim. Yang harus diperhatikan sebenarnya tidak banyak, simak saja penjelasan berikut:
Perhatikan Huruf Kapital
Baik dalam singkatan maupun akronim, ada beberapa kelompok kata yang harus ditulis serangkai dan kesemuanya menggunakan huruf kapital. Yang termasuk ke dalam grup ini adalah singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi. Penulisannya harus dengan huruf kapital, dan tanpa tanda titik. Sebut saja contohnya:
- NKRI — Negara Kesatuan Republik Indonesia
- UGM — Universitas Gajah Mada
- FAO – Farm and Agriculture Organization
- PGRI — Persatuan Guru Republik Indonesia
- KUHAP — Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
- BIN — Badan Intelijen Negara
- LIPI — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
- LAN — Lembaga Administrasi Negara
- PASI — Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
Dan sebagai catatan, singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri pun ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Namun, ketika ditulis dalam bentuk utuh—rangkaian kata—maka penulisannya harus tetap kecil, kecuali jika diikuti nama diri.
Misalnya:
- PT — perseroan terbatas
- PT Sampoerna – Perseroan Terbatas Sampoerna
- SD – sekolah dasar
- SDN Cihanjuang – Sekolah Dasar Negeri Cihanjuang
- MAN — madrasah aliah negeri
- KTP — kartu tanda penduduk
- SIM — surat izin mengemudi
- NIP — nomor induk pegawai
Kebalikannya, ada juga kelompok kata yang seluruhnya harus ditulis dengan huruf kecil ketika berada di tengah kalimat. Menurut kaidah, akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
- iptek — ilmu pengetahuan dan teknologi (“Saya akan berjuang demi kemajuan iptek,” ujar Basori.)
- pemilu — pemilihan umum (“Dia mengajukan diri menjadi calon pada pemilu kemarin.”)
- puskesmas — pusat kesehatan masyarakat (“Kondisinya terus memburuk sehingga si bayi harus dirujuk ke puskesmas.”)
- rudal — peluru kendali (“TNI meluncurkan rudal kepada sasaran.”)
Tetapi, ketika akronim nama diri tersebut berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya harus ditulis dengan kapital dan ketika ditulis dengan rangkaian kata utuh, setiap huruf di awal katanya harus diberi kapital. Misalnya:
- Bulog — Badan Urusan Logistik (“’Mana boleh kita menjual beras Bulog,’ kata Pak RT.” “Dia bekerja di Badan Urusan Logistik.”)
- Suramadu Surabaya-Madura (“Kami pergi ke sana lewat Suramadu yang baru dibangun itu!” “Jalur Surabaya-Madura dipastikan ramai setelah lebaran.”)
Penempatan Tanda Titik
Menurut kaidah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
- H. Nasution — Abdul Haris Nasution
- H. Hamid — Haji Hamid
- Suman — Suman Hasibuan
- A Kartini – Raden Ajeng Kartini
- — saudara
- Moestopo — Kolonel Moestopo
- B.A.– master of business administration
- E. — sarjana ekonomi
- Sos. — sarjana sosial
- Hum. — magister humaniora
- Si. — magister sains
- Kom.– sarjana komunikasi
- K.M. — sarjana kesehatan masyarakat
Dalam singkatan yang terdiri atas tiga huruf (bukan gelar) atau lebih juga diikuti dengan tanda titik . Letaknya persis di belakang huruf terakhir. Misalnya:
- — halaman
- — dan lain-lain
- — dan sejenisnya
- — sama dengan di atas
- — yang bersangkutan
- — yang terhormat
- – tertanda
- — dan kawan-kawan
Bagi kita yang sering berkorespondensi, singkatan-singkatan di bawah ini mungkin tidak asing lagi. Simak:
- n. — atas nama
- a. — dengan alamat
- b. — untuk beliau
- p. — untuk perhatian
- d. — sampai dengan
Nah, singkatan-singkatan yang sering ditemui dalam surat dan terdiri atas dua huruf itu pun masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Akan tetapi, ada juga sejumlah kelompok singkatan yang tidak memerlukan tanda titik. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang adalah salah satunya. Tanda titik malah diletakkan di antara angka yang disematkan setelah lambang satuan sebagai penanda nominal (contoh: Rp 3.500,00 dibaca tiga ribu lima ratus rupiah). Contoh-contoh lain misalnya:
- cm — sentimeter
- kVA — kilovolt-ampere
- l — liter
- kg — kilogram
- Rp — rupiah
Secara umum, hal yang harus diperhatikan dalam menulis singkatan dan akronim adalah di mana kita harus meletakkan huruf kapital dan tanda titik. Kepandaian menulis seperti ini diperlukan karena dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, lambat laun kita pasti berurusan dengan teks formal yang banyak memuat nama gelar, sapaan, institusi, bahkan satuan. Nah, semoga tidak bingung lagi. Terus berkarya bersama typoonline!
279 thoughts on “Pedoman Penulisan Singkatan dan Akronim”
Comments are closed.