Perbedaan Fungsi Huruf Cetak Miring dan Cetak Tebal

Rangkaian huruf dan kata yang dicetak miring atau tebal bukanlah hal yang asing bagi mata para pembaca. Di antara rentetan huruf yang tegak, perbedaan gaya ini akan membuat kita berhenti membaca untuk sesaat, dan memperhatikan susunan kata-kata tersebut dengan lebih hati-hati. Pada dasarnya, memang demikianlah fungsi dari cetak miring dan tebal: menekankan. Meskipun demikian, cara penggunaan kedua gaya penulisan ini tidak sama.

Dilansir dari buku Pedoman Umum Ejaan Berbahasa Indonesia (PUEBI), kali ini typoonline akan memaparkan perbedaan fungsi dan kaidah penulisan keduanya. Simak terus.

 

Huruf Miring

Cetakan huruf ini memperoleh namanya dari bentuknya yang seperti miring alias condong ke kanan (seperti ini). Kepopulerannya menanjak sejak sistem pengetikan menggunakan komputer mulai umum, dan di berbagai perangkat ketik, kita bisa menemukannya di toolbar atau menggunakan shortcut ctrl+i. Fungsi dari gaya cetakan ini antara lain:

  1. Menuliskan Judul

Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tu­lisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Artika sudah membaca puisi Hujan Bulan Juni karangan Sapardi Djoko Damono.

Pada masanya, majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat ke­bangsaan.

Cerpen buatannya dimuat di majalah Horizon.

Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 

  1. Memberikan Penegasan

Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhu­suskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Membubuhkan gaya cetak miring pada kata tertentu akan membuat pembaca mengerti mana poin utama dari kalimat yang kita utarakan. Misalnya:

Huruf terakhir kata karat adalah t, bukan

Dia tidak dipukul, tetapi memukul.

Para siswa tidak diperkenankan memakai kosmetik di Sekolah.

Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan panjang tangan.

 

  1. Menuliskan Ungkapan Asing

Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungka­pan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Ini untuk menekankan bahwa kata yang kita sebut memang tidak familiar atau tidak berasal dari bahasa kita. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring. Misalnya:

Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.

Nama ilmiah tanaman padi adalah Oryza sativa.

Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.

Kalimat bhinneka tunggal ika diambil dari sebuah kitab.

 

Akan tetapi, ada beberapa hal yang patut dicatat:

  • Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau orga-nisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah ti­dak ditulis dengan huruf miring.
  • Apabila kita menulis dengan tangan atau menggunakan mesin tik (bukan komputer), bagian yang nantinya dicetak miring ditandai dengan garis bawah.

 

Huruf Tebal

Tipe cetakan ini memiliki tingkat ketebalan garis yang lebih pekat daripada cetakan biasa. Tipe huruf ini memiliki berbagai fungsi, antara lain:

  1. Memberikan Penegasan

Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.Kombinasi huruf tebal dan miring akan membuat pembaca lebih memperhatikan bagian huruf atau kata tertentu dari sebuah kalimat. Misalnya:

Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.

Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

 

  1. Menunjukkan Bagian-Bagian Karangan

Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Pembagian semacam ini bisa membuat pembaca lebih mudah mengerti batasan dari pembahasan dan membuat tulisan lebih terstruktur. Misalnya:

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kondisi kebahasaan di Indonesia diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar., ratusan bahasa daerah, dan bahasa asing. Karenanya, hal ini membutuh­kan penanganan dan perencanaan bahasa yang tepat. Agar lebih jelas, latar belakang dan permasalahan akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.

1.1.1 Latar Belakang

Karena sifat bangsa Indonesia yang heterogen, muncul sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap ba­hasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa In­donesia.

1.1.2 Masalah

Batasan penelitian ini terletak pada sikap ba­hasa masyarakat Kalimantan terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan ba­hasa yang diambil.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa di antara  masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa-bahasa yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Meskipun tampaknya sederhana, memberikan cetak tebal dan cetak miring pada tulisan kita bisa memberikan perbedaan yang besar. Antara lain, pembaca juga akan merasa lebih nyaman membaca kaya kita. Asal, jangan sampai tertukar, ya. Sampai jumpa lagi di artikel lain di typoonline.